Kerumitan Ritme


Aku ingin mencintaimu seperti putaran jarum jam yang tak pernah bergerak cepat maupun lambat namun selalu tepat, ritmenya selalu empat perempat, lalu mendekapmu dengan delapan ketukan erat. Setiap denting jarum jam adalah pembuktian bahwa ia akan selalu maju tanpa mengenal  mundur apalagi berbalik arah putaran lalu meninggalkan, detak jarum jam adalah debar jantungku tatkala bersamamu.

Suaranya takan terdengar ketika dikeramaian, tetapi akan terdengar merdu ketika dikesunyian, seperti aku yang  mencintaimu dalam diam namun selalu lantang menyebut namamu di hadapan Tuhan. Sajadah adalah saksi menjadi persinggahan terlamaku saat tanganku mulai bergulat dengan tasbih dan lisanku berkomat-kamit membaca mantra zikir yang akan membantuku mendekatimu dalam ridho-Nya.

Ini sulit bagiku ketika Tuhan mulai mengujiku dengan menjauhkanmu dariku,  aku mulai pikun akan tempat ikhlas yang seharusnya diletakan dalam hati serta rasa sabar bukan lagi menjadi pegangan terkuat ketika aku akan jatuh dan ini rumit ketika aku masih yakin tentangmu namun kenyataannya waktu merenggutmu dariku.

Tak jarang kabar tentangmu sering wara-wiri di telingaku, kabar terakhir tentangmu cukup menyayat hatiku, laki-laki yang baru beberapa bulan kau kenal sudah mampu melukaimu. Harusnya kau sadar ketika kau mengetuk istanahnya, ia tak sendiri saat membuka pintu namun dari jarak jauh ia sudah ada yang memandu, harusnya kau sadar ketika kau mulai duduk di singgahsananya bukan hati yang ia suguhkan tapi sebuah harapan atas keraguan, harusnya kau sadar ketika ia mulai berbincang  denganmu kau tak lebih dari sekedar pengisi kekosongannya.

Mungkin kehadiranku tak pernah nampak dipelupuk matamu. meski begitu cita-citaku masih sama..... yah masih sama tentangmu. Aku ingin menjadi sepasang kaki  yang selalu mengiringi langkahmu, aku ingin menjadi solusi disetiap permasalahanmu, aku ingin menjadi kompas dari kebuntuan arah perjalananmu, aku ingin menjadi rumah kehormatan yang menjadi akhir dari persinggahanmu, aku ingin menjadi kemudahan dari segala kerumitanmu, aku ingin menjadi orang yang tak pernah bosan melangitkan doa tentangmu. aku yang selalu memperhatikanmu dari kejauhan dan aku selalu menunggumu disebrang kerinduan.

Di akhiri huruf ya, yang lengkungannya menggambarkan manis senyummu serta dua titik adalah gerbang dari kebahagiaanmu, kau arungi luasnya hijaiyah dunia, harakat demi harakat berbunyi merdu hingga kelangit arsy, kun Takdir adalah kalimat nasibmu, rasa syukur dan ikhlas adalah kapal terbesarmu, tetaplah tauhid adalah nahkodamu. bahagialah dengan garis takdir-Nya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kerumitan Ritme"

Post a Comment