Langit Juli


Aku fikir aku akan menemukan jejakmu dihamparan lembah jingga yang seluas ini, lelahnya berlari dan mencari disetiap sudut yang kukira akan ku temukan kau dibalik merahnya senja, hingga kuputuskan untuk duduk digaris jingga dengan bersila. Barangkali memang aku tak harus mencari keberadanmu, mungkin kita akan dipertemukan oleh-Nya melalui jalan yang tak pernah terduga, waktu yang tak pernah disangka dengan perjumpaan yang akan memberi makna.

Dan sekarang... siang ini aku harus pergi ke tempat yang mampu membuatku melepas rindu, siang itu seribu cahaya matahari mendukungku untuk sedikit berlari menghindari kejaran sang surya yang bisa menghitamkan kulit sawo matangku. Selalu menjadi rutinitasku datang ketempat ini dibulan Juli, setelah perjumpaan itu aku selalu mengharapkan temu, dari sudut manapun aku selalu menunggu kedatanganmu. Dan duduk sendirian ditempat kali kita bertemu menjadi kebiasaanku, perihal menunggumu terkakadang aku menghabiskan waktu bersama setumpuk buku, dan secangkir teh anget kuku.

Langkah demi langkah kaki Juli seolah berlari, dihari dimana kau pergi dan aku masih menanti. Satu, dua, hingga tiga tahun berlalu masih sama tidak ada temu ditempat biasa kita mengadu. Dulu kau berjanji, akan kau temui aku tepat pukul empat sore dini hari. Menghabiskan waktu dengan membuat puisi sembari berdiskusi.

Tak sedikit yang mengatakan aku gila, menghabiskan waktu setiap tahun dibulan Juli dengan setumpuk kertas berisi puisi-puisi, kursi sebelah pojok kiri menjadi tempat ternyaman dari dulu hingga kini. Tidak! Aku tidak gila , hanya saja aku ingin menyampaikan sebuah penyesalan lewat aksara. Kepergianmu, ketertutupanku, dan ketidak jujuranku. Segalanya menjadi tidak berarti setelah hari dimana kau dikebumikan. Tak ada yang Tuhan tawarkan, semuanya sudah digariskan, meski dengan cara merenggut kamu dari sisiku, tetepi dia lebih mencintaimu dari aku yang ingin selalu bersamamu.

Kini sisa Juli ku habiskan sendiri, tak ada lagi diskusi untuk membuat puisi-puisi yang indah bersamamu, namun kau tau.. kau tetap hidup dalam puisi-puisiku

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Langit Juli"

  1. Sangat mengisnpirasi hu, jangan lupa mampir https://bit.ly/30Q1664

    ReplyDelete