Menanti fajar tatkala malam datang, begitu rumit keinginan wanita yang usianya sudah cukup matang, seperti aku siwanita rumit yang selalu menanti pria taat. Entah huruf-huruf apa saja yang akan berbaris rapi dan membentuk nama indah layaknya ekalaya, bahkan akalku pun tak mampu menebak nama yang nantinya akan selalu ku sebut dalam doa.
Di umurku yang tak muda lagi dan untuk soal tambatan hati aku tak serumit dulu saat menjadi remaja keki. Sekarang.. bukan laki-laki yang seperti ini dan seperti itu yang ku minta kepada Tuhan yang maha tinggi. Tak ada lagi nama yang kerap ku sebut saat tanganku mengadah kepada tuhanku, dan tak ada lagi kriteria yang ku ajukan kepada tuhanku. Sebab aku tau pilihan-Nya jauh lebih baik dari yang kuanggap baik.
Kapan menikah? Menjadi pertanyaan yang sering kali kudengar saat orang-orang sudah tak menganggapku anak kecil lagi, pertanyaan yang sederhana bahkan lebih sederhana dari soal tes ujian bahasa indonesia, mungkin mereka ingin melihat bukan tangan ayah yang selalu aku dekap lagi tapi tangan laki-laki yang kelak akan menjadi ayah dari anak-anakku, mungkin mereka ingin melihat bukan bahu ayah yang selalu menjadi sandaranku tapi bahu laki-laki yang kelak menjadi teman hidupku. Namun... pertanyaan sesederhna itu mampu membungkam lidahku, seketika akalku tak mengenal aksara dan matakau tak mampu membaca kata.
Bahkan di saat waktu, keadaan dan tempat yang dianggap mustajab untuk berdoa ketidak beranianku untuk menyebut nama datang lagi, biarkan aku selalu menjadi pengecut untuk nama yang belum pasti akan menjadi imamku. Hanya Laki-laki soleh yang mampu ku pinta pada Rabbku, sebab laki-laki soleh segala aspek kebaikan pada laki-laki sudah ada di dalam dirinya. #Z
0 Response to "Lelaki Tak Bernama"
Post a Comment